Selasa, 06 Desember 2016

Hujan di Ba'da Isya

Suara yang terdengar menyejukan hati, menenangkan pikiran, menentramkan pendengaran. Suara yang seakan-akan merayu untuk bermain keluar kamar tempat aku memejamkan mata dikala lelah. Suara yang teduh seolah-olah mengobati sekujur tubuh yang terasa sangat letih setelah beraktivitas. Suara yang membuat kita teringat, betapa beruntungnya negri Indonesia ini. yaa,, gemercik suara hujan yang tidak terlalu deras dan tanpa gemuruh yang mendampinginya. Tidak seperti biasanya, di kota Bogor hujan sering kali turun ketika menjelang maghrib,  kali ini hujan turun pada waktu ba'da Isya. Sungguh keberkahan dari Allah bagi orang-orang yang berdoa pada waktu ba'da Isya ini. Berbicara soal hujan ba'da Isya, aku tiba-tiba saja teringat akan suatu peristiwa yang membuat ku senang, karna pada saat itu aku membantu teman spesial ku dikala dia sedih. walaupun tidak seberapa bantuan ku, setidaknya aku berhasil membuatnya tersenyum, bahkan beberapa saat dia tertawa lepas. 
Saat itu benar-benar hari yang buruk baginya, memulai pagi hari untuk beraktivitas dalam berorganisasi yang dia berkecipung di dalamnya, dibentak-bentak dan sikap senioritas yang diterima dari kakak kelasnya, hingga sampailah ba'da Isya dalam keadaan sedih dan letih untuk pulang ke kost'annya. Namun hal tersebut tidaklah berjalan lancar, karna di depan kost'annya berlangsung acara tahlilan memperingati 1000 hari almarhum tetangganya, dan hal tersebut membuat dirinya terhalang untuk mendekati pintu kamarnya. Saat itu dia memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut dan menyinggahkan dirinya di teras warung Internet yang tidak terlalu jauh dari kost'annya. Sedikit menyesalkan keadaannya, dia tidak bisa menahan air mata yang akan keluar dari kelopak matanya. 
Waktu yang bersamaan aku berencana untuk memulai obrolan dengannya melalui media sosial, hingga akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya setelah mengetahui keadaannya walaupun tanpa sepengetahuan dia, karna aku tahu betul apa yang dia rasakan pada saat itu. Aku juga memutuskan untuk memberikan sesuatu yang dapat mengobati kekecewaannya, yaitu es krim, yaa,, dia benar-benar menyukai es krim, baginya es krim ialah obat segalanya. Ketika aku datang menghampiri, dengan sedikit tatapan tidak menyangka dia ekspresikan di hadapan ku. Terlihat air matanya yang jernih nan indah jatuh melata melalui permukaan pipinya. Sedikit malu, dengan segera dia mengusapkan air matanya menggunakan tangan dan tisu yang digenggamnya.
"assalamu'alaikum" salam ku.
"wa'alaikum salam" jawabnya dengan suara yang nyaris tidak terdengar. 
"heheh sudah dong, jangan nangis, malu loh dilihat orang.."
"aku nggak nangis..." jawabnya dengan nada yang sedikit tegar.
"nih ada es krim, dimakan yah.."
"terima kasih.." jawabnya dengan tatapan tidak menyangka dan diselingi senyuman tipis setelahnya.
Kali ini aku merasa benar-benar senang, terlihat senyum tipis di wajahnya disaat tangannya yang mungil mengambil es krim pemberian ku. Mulailah aku duduk di samping kanannya dengan jarak sekitar satu meter. Tidak lama kemudian, hujan turun tanpa permisi dan tidak menampakkan tanda-tanda sebelumnya, hujan pada saat itu sama halnya dengan hujan yang aku hadapi pada sekarang ini, sejuk, tenang, teduh, dan tanpa gemuruh. 
Saat itu aku memulai perbincangan dengannya, bermula menanyakan tentang masalah yang dia hadapi pada hari itu, hingga bercerita tentang hijrah Rasulullah SAW yang mana aku mengikuti kajian majelis ilmu pada pagi hari sebelumnya. Sebenarnya ada beberapa yang aku bincangkan dengan dia pada hari itu, sehingga dia bisa melepaskan tawanya. Sampai tiba waktunya, jam tangan menunjukan pukul 21.10 wib, benar-benar tidak terasa selama dua jam kami berbincang, pada saat itu aku membenarkan yang dikatakan seorang ilmuan fisika yang bernama Albert Einstein "ketika anda berbincang dengan seseorang yang ada suka selama dua jam, maka akan terasa seperti dua menit. sedangkan jika anda memanaskan tangan anda diatas kompor selama dua menit, maka akan terasa seperti dua jam, itulah yang dinamakan relativitas".
       Aku pun memutuskan untuk mengsurvei lokasi acara tahlilan didepan kost'an dia. Kebetulan acaranya sudah selesai, namun masih banyak orang disana yang saling berjabat tangan dan berbincang satu sama lain, dengan segera aku memberikan kabar baik bahwa dia sudah bisa pulang dan beristirahat di kost'anya. Kembali terlihat senyum tulus darinya sambil membangkitkan tubuhnya yang sudah duduk selama dua jam lebih. Tidak sebatas mengabarkan, aku juga menemaninya hingga ke depan pintu kost'annya, setelah itu barulah aku bergegas kembali ke kontrakan ku sewaktu aku masih bertempat di jakarta.
"terima kasih yaa.." kata dia disaat aku sudah bergerak meninggalkannya dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"iya, sama-sama.." jawab ku sambil menatap wajahnya kembali.
Sungguh situasi yang sulit, ketika aku harus melangkah meninggalkannya, tapi sangat disayangkan ketika aku tanpa sengaja melihat senyuman tulus di wajahnya, membuat sesak sesaat di dada, sangat manis wajahnya. Waktu yang singkat namun penuh cerita, berbincang dan sesekali ketawa satu sama lain sambil duduk di teras dan berteduh di bawah hujan yang turun pada ba'da Isya yang menyejukkan.

Kini pada keadaan yang bisa dibilang serupa, aku hanya duduk sendirian di kamar asrama sambil menatap buku-buku yang ada di hadapan ku. Benar-benar sendirian, yang di rasa bukan lah canda tawa seperti halnya pada saat itu, tapi yang dirasa hanya lah rindu. Entahlah bisa atau tidak, jika hal ini bisa terjadi, pada saat ini aku hanya ingin menitipkan salam rindu ku kepadanya melalui hujan pada ba'da Isya ini, dan mungkin saja akan sampai salam rindu ku kepadanya bagaikan hembusan angina yang menyejukkan. Saat ini aku hanya bertanya-tanya tanpa sebuah jawaban. Apakah dia sedang bersedih? apakah dia sedang merasa letih? apakah dia sedang menyadap es krim? aku tidak akan tahu keadaanya saat ini, namun aku berdoa pada hujan yang diberkati ini, semoga dia baik-baik saja dan senyum manis selalu menghiasi wajahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar