Suara yang terdengar menyejukan hati,
menenangkan pikiran, menentramkan pendengaran. Suara yang seakan-akan merayu
untuk bermain keluar kamar tempat aku memejamkan mata dikala lelah. Suara yang
teduh seolah-olah mengobati sekujur tubuh yang terasa sangat letih setelah
beraktivitas. Suara yang membuat kita teringat, betapa beruntungnya negri
Indonesia ini. yaa,, gemercik suara hujan yang tidak terlalu deras dan tanpa
gemuruh yang mendampinginya. Tidak seperti biasanya, di kota Bogor hujan sering
kali turun ketika menjelang maghrib, kali ini hujan turun pada waktu
ba'da Isya. Sungguh keberkahan dari Allah bagi orang-orang yang berdoa pada
waktu ba'da Isya ini. Berbicara soal hujan ba'da Isya, aku tiba-tiba saja
teringat akan suatu peristiwa yang membuat ku senang, karna pada saat itu aku
membantu teman spesial ku dikala dia sedih. walaupun tidak seberapa bantuan ku,
setidaknya aku berhasil membuatnya tersenyum, bahkan beberapa saat dia tertawa
lepas.
Saat itu benar-benar hari yang buruk
baginya, memulai pagi hari untuk beraktivitas dalam berorganisasi yang dia
berkecipung di dalamnya, dibentak-bentak dan sikap senioritas yang diterima
dari kakak kelasnya, hingga sampailah ba'da Isya dalam keadaan sedih dan letih
untuk pulang ke kost'annya. Namun hal tersebut tidaklah berjalan lancar, karna
di depan kost'annya berlangsung acara tahlilan memperingati 1000 hari almarhum
tetangganya, dan hal tersebut membuat dirinya terhalang untuk mendekati pintu
kamarnya. Saat itu dia memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut dan
menyinggahkan dirinya di teras warung Internet yang tidak terlalu jauh dari
kost'annya. Sedikit menyesalkan keadaannya, dia tidak bisa menahan air mata
yang akan keluar dari kelopak matanya.
Waktu yang bersamaan aku berencana untuk memulai
obrolan dengannya melalui media sosial, hingga akhirnya aku memutuskan untuk
menemuinya setelah mengetahui keadaannya walaupun tanpa sepengetahuan dia,
karna aku tahu betul apa yang dia rasakan pada saat itu. Aku juga memutuskan
untuk memberikan sesuatu yang dapat mengobati kekecewaannya, yaitu es krim,
yaa,, dia benar-benar menyukai es krim, baginya es krim ialah obat segalanya.
Ketika aku datang menghampiri, dengan sedikit tatapan tidak menyangka dia
ekspresikan di hadapan ku. Terlihat air matanya yang jernih nan indah jatuh
melata melalui permukaan pipinya. Sedikit malu, dengan segera dia mengusapkan
air matanya menggunakan tangan dan tisu yang digenggamnya.
"assalamu'alaikum" salam ku.
"wa'alaikum salam" jawabnya dengan suara yang nyaris
tidak terdengar.
"heheh sudah dong, jangan nangis, malu loh dilihat
orang.."
"aku nggak nangis..." jawabnya dengan nada yang sedikit
tegar.
"nih ada es krim, dimakan yah.."
"terima kasih.." jawabnya dengan tatapan tidak menyangka
dan diselingi senyuman tipis setelahnya.
Kali ini aku merasa benar-benar senang,
terlihat senyum tipis di wajahnya disaat tangannya yang mungil mengambil es
krim pemberian ku. Mulailah aku duduk di samping kanannya dengan jarak sekitar
satu meter. Tidak lama kemudian, hujan turun tanpa permisi dan tidak
menampakkan tanda-tanda sebelumnya, hujan pada saat itu sama halnya dengan
hujan yang aku hadapi pada sekarang ini, sejuk, tenang, teduh, dan tanpa
gemuruh.
Saat itu aku memulai perbincangan
dengannya, bermula menanyakan tentang masalah yang dia hadapi pada hari itu,
hingga bercerita tentang hijrah Rasulullah SAW yang mana aku mengikuti kajian
majelis ilmu pada pagi hari sebelumnya. Sebenarnya ada beberapa yang aku
bincangkan dengan dia pada hari itu, sehingga dia bisa melepaskan tawanya.
Sampai tiba waktunya, jam tangan menunjukan pukul 21.10 wib, benar-benar tidak
terasa selama dua jam kami berbincang, pada saat itu aku membenarkan yang
dikatakan seorang ilmuan fisika yang bernama Albert Einstein "ketika anda
berbincang dengan seseorang yang ada suka selama dua jam, maka akan terasa
seperti dua menit. sedangkan jika anda memanaskan tangan anda diatas kompor
selama dua menit, maka akan terasa seperti dua jam, itulah yang dinamakan
relativitas".
Aku pun memutuskan untuk mengsurvei
lokasi acara tahlilan didepan kost'an dia. Kebetulan acaranya sudah selesai,
namun masih banyak orang disana yang saling berjabat tangan dan berbincang satu
sama lain, dengan segera aku memberikan kabar baik bahwa dia sudah bisa pulang
dan beristirahat di kost'anya. Kembali terlihat senyum tulus darinya sambil
membangkitkan tubuhnya yang sudah duduk selama dua jam lebih. Tidak sebatas
mengabarkan, aku juga menemaninya hingga ke depan pintu kost'annya, setelah itu
barulah aku bergegas kembali ke kontrakan ku sewaktu aku masih bertempat di
jakarta.
"terima kasih yaa.." kata dia disaat aku sudah bergerak
meninggalkannya dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"iya, sama-sama.." jawab ku sambil menatap wajahnya
kembali.
Sungguh situasi yang sulit, ketika aku
harus melangkah meninggalkannya, tapi sangat disayangkan ketika aku tanpa
sengaja melihat senyuman tulus di wajahnya, membuat sesak sesaat di dada,
sangat manis wajahnya. Waktu yang singkat namun penuh cerita, berbincang dan
sesekali ketawa satu sama lain sambil duduk di teras dan berteduh di bawah
hujan yang turun pada ba'da Isya yang menyejukkan.
Kini pada keadaan yang bisa dibilang
serupa, aku hanya duduk sendirian di kamar asrama sambil menatap buku-buku yang
ada di hadapan ku. Benar-benar sendirian, yang di rasa bukan lah canda tawa
seperti halnya pada saat itu, tapi yang dirasa hanya lah rindu. Entahlah bisa
atau tidak, jika hal ini bisa terjadi, pada saat ini aku hanya ingin menitipkan
salam rindu ku kepadanya melalui hujan pada ba'da Isya ini, dan mungkin saja
akan sampai salam rindu ku kepadanya bagaikan hembusan angina yang menyejukkan. Saat ini
aku hanya bertanya-tanya tanpa sebuah jawaban. Apakah dia sedang bersedih? apakah dia sedang merasa letih?
apakah dia sedang menyadap es krim? aku tidak akan tahu keadaanya saat ini,
namun aku berdoa pada hujan yang diberkati ini, semoga dia baik-baik saja dan senyum manis selalu menghiasi wajahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar